Undang-undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Status: Berlaku

Konteks dari Meridian

Generated by Meridian AI

Analisis Mendalam UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

1. Konteks Historis dan Politik
UU KIP lahir dalam era reformasi pasca-Orde Baru, di mana tuntutan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan menguat. Dorongan utama berasal dari gerakan masyarakat sipil, seperti Koalisi Kebebasan Informasi (KKI), yang sejak awal 2000-an memperjuangkan kerangka hukum untuk memastikan akses informasi publik sebagai hak konstitusional. UU ini menjadi tonggak penting dalam transformasi Indonesia menuju tata kelola yang demokratis, sejalan dengan semangat Pasal 28F UUD 1945 yang menjamin hak memperoleh informasi.

2. Inovasi Hukum dalam UU KIP

  • Asas Proaktif: Badan Publik wajib mengumumkan informasi secara berkala tanpa menunggu permohonan (Pasal 9). Ini berbeda dari model Freedom of Information Act di beberapa negara yang hanya bersifat reaktif.
  • Klasifikasi Informasi Eksklusif: Informasi yang dikecualikan (misalnya rahasia negara, hak privasi) harus melalui uji konsekuensi (harm test) dan uji kepentingan publik (public interest test) (Pasal 17), mencegah penyembunyian informasi sepihak.
  • Komisi Informasi (KI): Lembaga independen yang berfungsi sebagai mediator sengketa informasi. Hingga 2023, terdapat 1 Komisi Informasi Pusat dan 37 Komisi Informasi Provinsi, dengan ribuan kasus ditangani tiap tahun.

3. Tantangan Implementasi

  • Budaya Tertutup: Banyak Badan Publik masih enggan membuka data sensitif, seperti anggaran atau dokumen pengadaan barang, dengan alasan "masalah keamanan" yang tidak jelas.
  • Kapasitas SDM: Tidak semua daerah memiliki Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yang kompeten, menyebabkan keterlambatan respons permohonan informasi.
  • Sanksi yang Minim Ditegakkan: Meski Pasal 52 menjerat pelanggar dengan pidana hingga 1 tahun penjara, penegakan hukum masih lemah. Contoh kasus langka: pada 2019, seorang camat di Sumatera Barat dipidana karena menolak memberikan informasi tentang dana desa.

4. Dampak terhadap Tata Kelola dan Masyarakat

  • Peningkatan Partisipasi Publik: Lembaga seperti Indonesia Corruption Watch (ICW) menggunakan UU KIP untuk mengakses data APBD dan melacak indikasi korupsi.
  • Preseden Hukum: Putusan Mahkamah Agung No. 48 P/HUM/2013 menegaskan bahwa kontrak karya pertambangan wajib dibuka untuk publik, kecuali ada kerahasiaan bisnis yang sah.
  • Sinergi dengan UU Lain: UU KIP memperkuat UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena transparansi informasi menjadi senjata utama pemberantasan korupsi.

5. Regulasi Pendukung

  • PP No. 61 Tahun 2010: Mengatur teknis pelaksanaan UU KIP, termasuk standar layanan informasi dan sanksi administratif.
  • Permenpan RB No. 4 Tahun 2021: Memperkuat kewajiban PPID dalam menyusun Daftar Informasi Publik (DIP) dan Layanan Informasi Berkala.

6. Rekomendasi Strategis untuk Klien

  • Utilisasi Komisi Informasi: Jika informasi ditolak, ajukan keberatan ke KI dalam 30 hari (Pasal 36). Proses ini gratis dan tidak memerlukan kuasa hukum.
  • Perhatikan Batasan Waktu: Badan Publik wajib merespons permohonan dalam 10 hari kerja, dengan perpanjangan maksimal 7 hari (Pasal 22). Jika tidak dipenuhi, klien dapat langsung mengadu ke KI.
  • Eksploitasi Informasi Proaktif: Manfaatkan data yang sudah diumumkan secara berkala (seperti laporan keuangan) untuk menghindari proses permohonan yang berbelit.

Kesimpulan: UU KIP adalah instrumen krusial untuk mewujudkan prinsip open government, namun efektivitasnya bergantung pada kesadaran masyarakat menggunakan haknya dan komitmen aparatur negara. Advokasi proaktif dan edukasi publik tetap diperlukan agar semangat UU ini tidak mandek di tingkat formal.

Meridian AI bisa salah. Cek konten penting.

Materi Pokok Peraturan

1. KETENTUAN UMUM 2. ASAS DAN TUJUAN 3. HAK DAN KEWAJIBAN PEMOHON DAN PENGGUNA INFORMASI PUBLIK SERTA HAK DAN KEWAJIBAN BADAN PUBLIK 4. INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN 5. INFORMASI YANG DIKECUALIKAN 6. MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI 7. KOMISI INFORMASI 8. KEBERATAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI KOMISI INFORMASI 9. HUKUM ACARA KOMISI 10. GUGATAN KE PENGADILAN DAN KASASI 11. KETENTUAN PIDANA 12. KETENTUAN LAIN-LAIN 13. KETENTUAN PERALIHAN 14. KETENTUAN PENUTUP

Metadata

TentangKeterbukaan Informasi Publik
Tipe DokumenPeraturan Perundang-undangan
Nomor14
BentukUndang-undang (UU)
Bentuk SingkatUU
Tahun2008
Tempat PenetapanJakarta
Tanggal Penetapan30 April 2008
Tanggal Pengundangan30 April 2008
Tanggal Berlaku30 April 2008
SumberLN.2008/NO.61, TLN NO.4846, LL SETNEG : 35 HLM
SubjekPERIZINAN, PELAYANAN PUBLIK - INFORMASI PUBLIK
BahasaBahasa Indonesia
LokasiPemerintah Pusat

Uji Materi

PUTUSAN Nomor 77/PUU-XIV/2016

Frasa "dapat diangkat kembali" dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik bertentangan secara bersyarat dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai "dipilih kembali melalui suatu proses seleksi sebagaimana diatur dalam Pasal 30 dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik."

Network Peraturan

Loading network graph...

Dokumen